Langsung ke konten utama

Bagaimana cara agar orang tuaku bisa menerima pasanganku?.

Halo semuanya kembali lagi bersama gue, ikhda shifa. Jadi hari ini gue akan membahas tentang problematika memilih pasangan hidup berdasarkan dua sudut pandang (anak dan orang tua). Selamat Membaca. Jangan Lupa Komen tapi yang baik *heheh

Oleh : Ikhda Shifa 12/01/2020

 



 

#Openingnya Curhat Dulu ya

Selama 23 tahun hidup, aku sangat bersyukur kepada Allah SWT karena telah memberikanku kesempatan untuk mengenal dan mempelajari kehidupan manusia berdasarkan sudut pandang serta prinsip hidupnya masing-masing. Dan dari sana aku belajar bahwa untuk membangun relasi yang baik antar sesama manusia, aku harus belajar untuk terbiasa memahami sudut pandang orang lain karena segala sesuatu baik itu perilaku maupun tindakan yang dilakukan pasti ada alasan yang melatarbelakanginya.

Bicara tentang pernikahan, pemahaman serta prinsip hidupku juga berubah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya ilmu. Ikhda Shifa yang pada saat itu ingin melepas masa lajangnya diusia 20 tahunan, mulai memiliki pemahaman berbeda setelah mengikuti pelatihan pranikah, mengobservasi kehidupan pernikahan, belajar parenting dan komunikasi antar pasangan. Dia mulai paham bahwa didunia orang dewasa, menikah bukan hanya sekedar dua orang yang saling mencintai mengesahkan hubungan dalam ikatan pernikahan lalu hidup bersama. Tapi lebih dari sekedar itu, seseorang yang memutuskan untuk menikah harus belajar menciptakan ruang dimana apapun yang terjadi mereka bisa menerima kekurangan satu sama lain dengan tangan terbuka, mengesampingkan ego pribadi, terkadang mengorbankan diri sendiri demi kebahagiaan orang lain, juga mampu mempertanggung jawabkan kehidupan rumah tangga dihadapan pasangan, orang tuanya dan Allah SWT.

 

“Restu dalam Pernikahan”.

Pakai gue aja ya biar lebih santai :D

 

Sudut Pandang Seorang Ayah

Gue yakin semua orang tua terutama ayah pasti akan mulai posesif saat mengetahui putrinya memiliki ketertarikan maupun hubungan special dengan lawan jenisnya. Hal ini wajar sekali terjadi mengingat sejak kecil beliaulah yang merawat dan bertanggung jawab penuh atas kehidupan sang anak perempuan. Jadi jika suatu saat nanti sang ayah harus melepaskan putrinya untuk menikah, beliau pasti ingin memastikan bahwa putrinya hidup dengan nyaman dan menikahi pria yang tepat. (Dari konsep inilah, gue berusaha memahami kalau ayah gue juga punya kriteria menantu idaman).

 

Nah biasanya kriteria menantu idaman ini muncul dari pengalaman hidup orang tua kita yang sudah bertahun-tahun menjalani manis, asam, asin, rame rasanya kehidupan pernikahan. Misalnya aja nih, orang tua kamu punya pengalaman buruk tentang masalah financial, biasanya mereka meminta agar si anak menikahi pria yang mapan dan pekerja keras.  Atau kalau orang tua punya masalah sama perselingkuhan pasti mereka akan memprioritaskan kesetiaan sang calon menantu. #Beda orang tua beda prioritas. 

 

Sudut Pandang Seorang Anak.

Dulu waktu ikut pelatihan pranikah, gue cukup banyak mendapatkan materi tentang kriteria pasangan ideal. Di sana benar-benar dijabarkan dengan rinci tentang kualitas laki-laki yang harus dinikahi baik dari segi visual maupun personalitynya. Awalnya sih gue jadi punya mindset kalau gue harus menikahi pria yg sempurna (gue bahkan sampai membuat 100 syarat bagi pria yg ingin menikahi ikhda shifa), sayangnya dari semua pria yang gue temui, tidak ada satupun yang memenuhi semua kriteria itu. Alhasil gue malah frustrasi dan menyalahkan diri sendiri hahaha. 

 

Sampai suatu ketika gue merasakan yang namanya jatuh cinta sama pria yang gue temui dipusat pelatihan pendidikan. Dimata gue saat itu, pria ini begitu sempurna secara visual hingga gue melupakan 100 syarat pria idaman yang pernah gue buat. Namun semakin lama gue mengenal pria ini, ternyata dia termasuk golongan pria mesum dan tempramental. Tapi Alhamdulillah-nya kebucinan gue ini bisa diatasi sebelum hubungan kami terlampau jauh. #Pengalaman Hidup.

 

 

Lantas, kenapa gue menjabarkan dua hal itu?

 

Intinya kita memang harus berhati-hati sama yang namanya jatuh cinta. Cinta itu bahaya karena bisa membuat manusia yang awalnya logis jadi bucin terus goblok. Dan kegoblokan itu sangatlah beresiko bagi wanita yang berhasil dikendalikan oleh pria brengsek alias ga waras. 

 

Nah untuk mengantisipasinya, kita memang perlu membatasi kehidupan romansa. Jangan kayak gue dulu yang tiap liat pria ganteng langsung naksir setengah mati. Hahaha. Mulai sekarang coba buat standard tertentu tentang kualitas pria yang ingin dinikahi. Jangan berlebihan tapi realistis, ga ada manusia yang sempurna cuy. Kalau mau yg sempurnya nyarinya di surga.

 

Berusaha #Fokus ke jangka panjang, karena menikah itu ga setahun dua tahun udahan tapi SEUMUR HIDUP.

 

Buat yang Masih Bingung Gue Kasih Contoh. 

Gue ini membagi kualitas pria berdasarkan dua sekala prioritas (Visual dan Kepribadian).

 

Misal dari segi visual

Gue tidak memungkiri kalau gue ini termasuk golongan wanita yang suka pria ganteng dan berotot hanya saja karena gue realistis (pria ganteng kebanyakan ga mau sama gue hahaha), jadi pada akhirnya gue lebih prever ke pria yg memperhatikan kesehatan jasmaninya seperti rajin olahraga, tidak mabuk (nanti syarafnya konslet), tidak judi, dan belum pernah berhubungan seks sblm menikah. (Simple kan). 

 

Nah untuk masalah personality,

Gue tahu kalau ikhda shifa ini orangnya kritis dan keras kepala. Gue juga tahu kalau ikhda shifa termasuk orang yang paling anti sama yang namanya takliq buta. Jadi buat pria yang mau nasehatin gue, dia memang harus bisa memuaskan rasio dan perasaan gue. So gue butuh pria yg SABAR dan MAU MENDENGARKAN. (Simple kan?). 

 

Ini gue bagi tips kekalian gimana caranya ga ketipu sama personalty  seorang pria. Gue dapat ini dari salah satu coach cinta asal amerika (maaf lupa namanya). 

 

Intinya personality itu erat kaitannya dengan kecerdasan emosional.

Manusia merasa marah, sedih, kecewa, dan sebagainya adalah hal biasa. Kita harus bisa menghormati dan menoleransi cara mereka mengungkapkan perasaannya. Namun dibalik itu semua, yang membedakan kualitas antar laki-laki sebenarnya terletak pada "PENGENDALIAN DIRINYA". Jadi kalau mau mengecek kecerdasan emosional seorang pria, lihat bagaimana cara dia mengendalikan diri saat kondisi emosionalnya sedang tidak stabil. Kalau dia lagi marah: mukul atau enggak, kalau lagi dihadapkan dengan tanggung jawab: ninggalin km atau enggak. Simple sebenarnya, tp banyak yg ga tahu. 

 

Dulu gue kenal banyak banget pria keren yang kalau diajak diskusi pembawaannya dewasa banget. Tapi ternyata kalau kondisi emosionalnya sedang tidak stabil, dia bisa berubah seperti kerasukan setan.

 

Nah, pengendalian emosional manusia itu bisa bisa bersumber dari berbagai macam hal seperti lingkungan (cari pria yg circle pergaulannya sama orang baik), agamanya (takut sama Allah), dan harga dirinya (masa aku orang berpendidikan melakukan hal yang tidak bermoral).

 

Cinta sama diri sendiri itu juga penting sekali untuk menentukan standard yg realistis tentang pasangan hidup. Selain itu, jangan sampai mengesampingkan pertimbangan dan pendapat orang tau.Karena terkadang mereka lebih paham dirimu dibandingkan dirimu sendiri.

 

Kembali ke masalah restu.

Seperti yang gue jabarkan tadi, semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Hanya saja terkadang kita sudah punya pilihan dan terlanjur cinta sama orang tersebut tapi terhambat karena restu orang tua. Oleh karena itu, untuk menghindari perselisihan pendapat, kita perlu menjalin komunikasi yang baik dengan mereka.

 

Contoh kalimat seperti ini:

"Aku tahu ayah sayang sama aku dan ingin yang terbaik untuk kehidupan pernikahanku. Hanya saja, setelah aku mempertimbangkan secara logika dan perasaan, hanya dia satu-satunya pria masuk kedalam kategori pria idamanku (Alay dikit gpp lah ya).  Mungkin menurut ayah dia banyak kurangnya, tapi bagiku dia mampu melengkapi kekosongan dalam hidupku begitupula sebaliknya. (sambil km jabarin standard yg udah kamu buat tadi).  Jadi aku harap ayah bisa menyayangi dan menerimanya seperti ayah menyayangi dan menerimaku".

 

Kalau kata ayah gue sih, "orang tua pihak wanita itu simple, asalkan calon suaminya bertanggung jawab dan mampu menjaga anak perempuaannya dengan baik, bagi mereka itu sudah cukup". Yang susah dan ribet itu IBU MERTUA dududud blackpink (nyanyi kan guel). Biasanya sih harus bisa masak, bisa ngurus anak dan suami, berpendidikan, dsb. (syarat ketentuan berlaku).

 

Tapi tenang aja, gue punya tips yang berasal dari salah satu sahabat guel. Jadi pria ini pernah bilang begini ke ibunya.

 

"Sejujurnya aku sedih kalau suatu saat nanti ibu dan istriku sering bertengkar karena mempersoalkan banyak hal. Aku juga bingung harus membela siapa karena disatu sisi ibu ini wanita yg melahirkanku dan disatu sisi dia juga istriku. Tapi aku harap ibu lebih mengerti karena zaman sekarang wanita memang lbh manja dan idealis. Aku juga akan berusaha memberikan pengertian padanya agar kalian bisa saling memahami. Tapi sejujurnya aku menjadikannya istriku dan meminta dia dari ayahnya untuk aku jaga bukan untuk aku salah-salahkan. Jadi aku mohon berusahalah untuk saling menyayangi dan menerima". 

 

Sekian artikel gue.

With love ikhda shifa

Dari Hati sampai ke Hati ya :*

Istrinya jungkook, mantannya min yoongi, pacarnya kim taehyung 

Army make some noise

 

 


Halo semuanya kembali lagi bersama saya, "author nan cantik dan mempesona siapa lagi kalau bukan Ikhda Shifa". YEEAHH. Bagi para pembaca yang pertama kali berkunjung ke Blog ini, sekali lagi saya mengucapkan ‘SELAMAT DATANG”. Semoga semua ilmu yang saya bagikan dapat bermanfaat dan membuka sudut pandang kalian tentang kehidupan.

Komentar

  1. Memang pada akhirnya kita nyari yang "klik" sama kita ya. Karena manusia itu memang gak ada yang sempurna, tinggal bagian kekurangan mana yang bisa kita tolerir seumur hidup kita.

    Jadi, bukan cari yang sempurna, melainkan cari yang kekurangannya paling bisa kita terima seumur hidup gitu ya, hehe #pengalaman :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis komentar yang sopan yah :D, jangan menghina lho..!!