Langsung ke konten utama

Quarter Life Crisis : Ikut Webinar dan Baca Buku Motivasi, Kok Makin Insecure? Salahku Dimana?



Beberapa minggu terakhir ini gue lagi sibuk-sibuknya mengembangkan kualitas diri "ceilah" 😎. Kalau ditanya apa alasannya, intinya sih karena fenomena "tipe istri idaman kamu seperti apa? aku ingin memantaskan diri" 😂. Siapa tau aja kan ya kalau inner dan outer beauty gue semakin bagus, Allah SWT ngasih gue jodoh salah satu member BTS (dududu halu aja terus). By the way, ada ARMY disini? Siapa bias kalian? 😂😂😂

 

Okay Skip

Sebagai seorang manusia yang mengklaim kalau dirinya ini titisan batu (hobby rebahan dan males bergerak), gue mulai membuat resolusi untuk memperbaiki diri. Salah satunya dengan menyusun jadwal kegiatan dan menyempatkan waktu mengikuti beberapa event pengembangan diri seperti webinar dan kelas self improvement. Selain itu gue juga mulai membaca berbagai macam gendre buku serta berolahraga ringan seperti cardio, berenang (setiap hari) #KerenkanGue 😎👍.

Sayangnya selama dalam proses pengembangan diri ini, gue mengalami pergolakan batin yang sangat kuat juga pikiran yang berkecamuk. Kenapa? Inilah alasannya:

 

“Semangat gue yang sebelumnya berkobar-kobar (mirip lagunya BTS : Fire) lambat laun mulai menghilang setelah mendengar narasi keberhasilan dan tips-tips sukses yang keluar dari mulut orang-orang yang bisa dibilang berhasil di bidangnya. Selain itu, gue juga merasa gagal sebagai manusia karena menyadari kalau selama ini banyak sekali hal penting yang gue lewatkan. Gue juga terlampau takut dengan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditakutkan dan hanya menghambat produktifitas gue sebagai manusia”

 

Gue sempat berpikir dan mengatakan ke diri gue sendiri : “Shif kayaknya ga wajar deh kalau lu disemangatin tapi mentalnya malah melempem kayak kerupuk basi. Selain itu aneh juga sih misal lu tau tips sukses tapi malah semakin insecure”. Selama berhari-hari gue kepikiran hal ini. Gue mencoba untuk terus riset, tanya ke teman jurusan psikologi, bahkan gue semedi di gunung merbabu (kurang keren apa gue ha?). Dan akhirnya karena tekad gue yang kuat (azeg), gue menemukan jawabannya. Oiya tolong jangan bilang siapa-siapa ya, karena calon istrinya jungkook ini hanya berbagi tips ke kalian saja :* (Engga ding bercanda) HAHAHA. Gue jawab ya. Mari kita hitung mundur tiga, dua, satu.

 

 Outliers: The Story of Success by [Malcolm Gladwell]



Kalau kalian mau flash back, sejak kecil kita tumbuh dengan berbagai macam ekspektasi dan proyeksi akan masa depan. Kita juga seringkali diberikan pemahaman oleh orang tua kita bahwa melakukan hal yang serupa dengan figur yang kita contoh akan menjadikan hidup kita sesukses orang tersebut. Padahal mindset inilah yang menyebabkan kita terlalu sering mendikte dan membandingkan diri kita dengan orang lain. Dampaknya kita akan sering menemukan gap antara harapan dan realita. Sehingga tanpa disadari, gap tersebut menumbuhkan perasaan insecure seta hilangnya hasrat untuk melakukan apapun. Hayo ngaku siapa yang begitu: Shifaaaa). Intinya sih, kalau kalian mau keluar dari lingkaran setan ini, kunci utamanya ada pada “mengasah mindset dengan benar." Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak sesimple “meng-copy paste orang lain”. Banyak sekali kondisi diluar nalar bahkan diluar jangkauan kita misalnya aja pandemi Covid 19 ini.

 

Selain itu, kita juga sering tidak menyadari bahwa kondisi bumi ini tidak akan pernah konstan sampai kapanpun. Akan ada banyak sekali perubahan baik dari segi teknologi, psikologi masyarakat, problem sosial, bahkan cita-cita individunya. Sehingga kesuksesan orang dizaman dahulu belum tentu bisa diterapkan dizaman sekarang. 

 

Kalau kalian mau baca, buku karya Malcolm Gladwell yang berjudul Outliers: Rahasia Di Balik Sukses sangatlah gue rekomendasikan untuk membenahi mindset kalian. Buku ini menjelaskan bahwa kisah sukses seseorang sebenarnya jauh lebih rumit dibandingkan apa yang terlihat. Selama ini, kebanyakan masyarakat bahkan buku yang beredar dipasaran memandang bahwa kisah sukses seseorang hanya bersumber dari sifatnya saja yang pekerja keras, memiliki daya juang tinggi, memiliki sifat kepemimpinan, dan sifat-sifat baiknya yang lain. Namun, dalam buku Outlier ini, Gladwell mencoba mengangkat sisi lain dari kisah sukses seseorang seperti keluarga mereka, tempat lahir mereka, bahkan tanggal mereka dilahirkan. Dari sini sebenarnya bisa disimpulkan kalau sebenarnya, banyak sekali faktor “X” yang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Jadi, saran gue jangan terlalu menjadikan orang lain sebagai figur keberhasilan dalam kehidupan. (Literasi bagi yang ga punya duit buat beli bukunya).

 

Namun dibalik itu semua, gue sebenarnya tidak menyimpulkan 100% kalau belajar dari kisah sukses orang lain adalah hal yang salah. Karena gue sadar juga kalau "orang sukses" ini tentu punya pengalaman, kemampuan, bahkan ilmu yang sebenarnya dapat kita gunakan sebagai sumber inspirasi dan langkah prefentif untuk mengatasi kesalahan memilih dimasa depan. Hanya saja jangan sampai kita hanya mau meng-copy pastenya saja. Dikhawatirkan saran tersebut hanya menjadi penghambat bagi kemajuan hidup kita.

Gue punya tips simple untuk mengatasi rasa insecure setelah membaca buku motivasi. Tips ini gue dapatkan dari pertanyaan yang gue ajukan di Webinar "Mengelola Overthiking dari sisi Neurologi". Jadi intinya pastikan kalau kalian mau baca buku motivasi dimulai dari bacaan-bacaan ringan terlebih dahulu misalnya nih alasan kamu harus melakukan hal yang disarankan. Kemudian baru mengarah pada buku yang mengajarkan  "teknisnya". Nah ikhda shifa ini kebalik kawan-kawan. Kkk

 

Untuk kesimpulannya, gue sepakat dengan pernyataan Maudy Ayunda yang mengatakan bahwa “Dalam hidup ini yang paling penting dan mendasar adalah kita yang mau terus belajar untuk memahami diri sendiri (love yourself) bukan copy paste orang lain. Penting banget untuk nanyaanya ke diri sendiri munya apa, cita-citanya apa, kalau lagi sedih harus ngapain”. Karena sebenarnya nih ya, kalau kita lagi stres orang pertama yang seharusnya paham betul adalah “diri kita sendiri” kemudian baru nyari “Solusinya apa ya”.

Nulis itu mudah tapi nerapinnya susah. Jadi doain ya gue juga bisa belajar menerapkan pemahaman ini dengan sepenuh hati. Btw, minggu depan gue bakalan bahas tentang "Alasan perlunya membandingkan diri dengan orang lain". 

 

Netizen : "Wah kok ga konsisten sih sama artikel ini?". Tenang-tenang jangan baper dulu. Minggu depan akan gue bahas. Okay. 

Sampai ketemu minggu depan. Maaf kalau bahasanya acak-kadut maklum masih amatiran

 

 

 

LOVE U ALL

Halo semuanya kembali lagi bersama saya, "author nan cantik dan mempesona siapa lagi kalau bukan Ikhda Shifa". YEEAHH. Bagi para pembaca yang pertama kali berkunjung ke Blog ini, sekali lagi saya mengucapkan ‘SELAMAT DATANG”. Semoga semua ilmu yang saya bagikan dapat bermanfaat dan membuka sudut pandang kalian tentang kehidupan.

Komentar

  1. Bener sih, semua orang punya prosesnya sendiri. Gak perlu bandingin proses kita dg orang lain. Hehehe

    BalasHapus
  2. Salam kenal kak. Aku setuju jika kita harus paham dengan diri kita terlebih dahulu. Dengan begitu, kita nggak mudah terpengaruh dengan keadaan-keadaan orang lain yang suka bikin minder (re: jadi ngga overthinking deh kitanya)

    BalasHapus

Posting Komentar

Tulis komentar yang sopan yah :D, jangan menghina lho..!!